It's Me...

Aku memang bukan seorang pujangga, yang mampu melahirkan kata-kata indah dalam sekejap.
Aku hanyalah seorang gadis biasa yang ingin mencurahkan keluhnya hati lewat butiran kata-kata sederhana.
Aku tak mampu menciptakan ribuan syair indah dengan sejuta makna yang terkandung di dalamnya.
Namun, aku bisa menuangkan apa yang ku rasa melalui sebuah pena menjadi bait-bait yang bermakna.
Entah mulai kapan aku tertarik untuk menulis, merangkai huruf-huruf dan merajutnya menjadi kata-kata indah.
Aku tak pernah merasa bosan untuk merangkai kata tersebut menjadi cerita yang dapat dinikmati dan diresapi arti dari setiap makna yang terkandung di dalamnya.
Tapi, aku merasa nyaman, dan ketenangan saat menulis membuat aku semakin tertarik untuk terus menulis.
Dengan menulis, aku tak perlu merasa canggung dan malu mencurahkan semua yang ku rasa dan ingin ku ungkapkan.
Dengan menulis, aku mendapat kebebasan berimajinasi dan menyalurkan kata nurani menjadi sebuah kalimat yang dapat dinikmati.

Minggu, 03 Oktober 2010

hatiku

Saat hati merasa sakit, rasanya tubuh seolah mati kaku.
Tak dapat merasakan apa-apa selain kehampaan.
Kepekaan seolah memudar dan berubah menjadi mati rasa.
Tak ada yang mampu menyembuhkannya dan sangat sulit untuk menemukan obatnya
Saat kepercayaan dikhianati, tak ubahnya seperti pohon beringin yang daunnya habis terkena badai angin.
begitu pula hati, saat terkena goresan sedikit saja, diperlukan berjuta-juta waktu untuk membuatnya kembali utuh semula
Begitu pula dengan hatiku...
begitu tega kau menggoreskan samurai tepat di hatiku, secara perlahan hatiku mulai mati karena sikapmu
Lalu kau pergi meninggalkanku dalam penyesalan dan kepedihan...Jangankan untuk peduli dan membantuku, menoleh saja engkaupun enggan. ingin rasanya aku berbalik, mengejarmu dan menancapkan samurai itu tepat di otakmu, otak yang tak pernah menggunakan logikanya dengan baik,
namun hatiku masih mempunyai sedikit rasa untuk memaafkanmu, membiarkanmu pergi berlalu dari pandangan mataku, dan membiarkan diriku sendiri tinggal di dalam kepediahn yang tak da ujungnya itu.
Aku tetap berada di sana hingga sang waktu bersedia menjemput, hanya ditemani dengan derai aliran air mata yang seolah bernyanyi bagaikan suara melodi di tengah sang malam, hanya ditemani suara jangkrik-jangkrik kecil yang membuat duniaku seolah ramai dan musnahlah kesepian...Lagi-lagi itu hanyalah mimpi, yang mungkin aku pun tak pernah merasakan bangun dari mimpi buruk itu...
Perlahan aku mulai merangkak bangun dan mencari jalan keluar, melewati lorong kegelapan, samar-samar terlihat setitik cahaya yang membuatku bangkit dan berlari dengan sekuat langkahku untuk meraih setitik cahaya trsebut...
Saat tanganku berhasil menggenggamnya , tak akn lagi ku biarkan siapapun menghancurkannya, tak akan lagi ku biarkan siapapun berani menyentuh dan menyakiti hatiku untuk kesekian kalinya...

1 komentar:

  1. kau jauh, jauh sekaLi dari hati ku. senja teLah datang, begitu tampak keindahannya, ku coba untuk menggapai diri mu. Namun kau tak perduLi dengan ku dan bergerak semakin jauh, kebersamaan pun muLai reda oLeh derai tawa dibaLik kesunyian hati. teriris di daLam Lubuk yang paLing daLam, remuk tak terbentuk, hancur berkeping-keping.

    BalasHapus